Hakim yang sempurna*


Ada seorang raja yang bernama Bhoj. Ia terkenal karena kejujuran dan keadilannya. Siapapun yang datang ke pengadilan untuk mencari keadilan, akan puas. Kepribadiannya sangat didambakan masyarakatnya.

Pada suatu hari raja Bhoj pergi ke suatu tempat. Ia menunggangi seekor gajah. Tentara dan pengawalnya mengikutinya ke arah manapun Raja pergi. Orang-orang ke luar rumah hanya untuk memberikan penghormatan padanya. Raja sangat bahagia. Tetapi secara tiba-tiba, sebuah batu mendesing dan jatuh dipangkuan raja. Raja sangat murka. Tentaranya mengerumuninya dan membawa ke tempat yang aman. Taja memerintahkan untuk mencari tahu penjahatnya.

Tentara itu mencari ke semua arah untuk menangkap penjahatnya. Selang beberapa lama tentara itu menangkap seorang anak laki-laki masih kecil. Salah satu tentara itu berkata, "Tuanku, inilah anak yang melempar batu ke arahmu. Ia harus dihukum." Raja bertanya kepada anak itu, "Siapa namamu? Mengapa engkau melempari aku dengan batu?"

Anak laki-laki itu menjawab, "Namaku Rony. Aku tidak bermaksud melemparimu. Sebenarnya, aku mencoba melempar mangga yang manis dari sebuah pohon. Bagiku pohonnya sangat tinggi untuk dipanjat. Mangga yang masak diluar jangkauanku. Sehingga untuk mendapatkan mangga yang masak aku melemparnya dengan batu. Sahabat-sahabatku juga melempari mangganya dengan batu. Mereka melarikan diri ke rumahnya masing-masing karena melihat tentara ini. Aku tertangkap karena aku tidak melarikan diri. Tuan boleh menghukum aku."

Raja Bhoj sangat terkesan dengan kejujuran dan keberanian anak ini. Tentara dan Rony sedang menunggu hukuman yang hendak dijatuhkan Raja. Tetapi semua orang terperanjat menyaksikan raja dengan senyumnya. Raja mengeluarkan gelang berlian dan memberikannya kepada Rony. Menterinya yang berdiri dekat itu sama-sama terkejut. Ia berkata, "Tuanku Yang Mulia! Aku tidak paham atas keputusanmu. Batu itu dilempar oleh anak-anak ini dan mengenai tubuhmu, engkau tidak memberikan hukuman apapun malah tuanku memberikan ia hadiah sebuah gelang berlian. Pastilah itu tidak masuk akal, itu di luar kebijaksanaan."

Raja dengan tenangnya berkata, "Tidak biasanya engkau terkejut; namun aku akan jelaskan. Lihat, anak laki-laki ini tidak bermaksud melempar batu ke arahku. Ia tertuju pada sebuah mangga yang buahnya masak. Dan andaikan sebuah pohon, dihantam oleh sebuah batu, dapat memberi kelezatan buah pada anak ini, mengapa aku tidak dapat memberikan sebuah gelang berlian kepadanya, dari seorang raja? Apakah aku lebih buruk dari sebuah pohon>"

Setiap orang mengagumi raja Bhoj atas perasaannya yang begitu dalam untuk memberikan keadilan dan hukuman yang sangat tepat.


*) Dikutip dari buku "101 Cerita Nenek" diterjemahkan oleh Made Aripta Wibawa, Paramita, Surabaya, hal. 30-31.