Tuhan membantu mereka yang membantu dirinya sendiri*


Pada suatu hari hiduplah seorang pengerajin yang bernama Bali di sebuah desa kecil. Ia membuat patung kecil para dewa yang dijualnya di pasar. Bali sangat malas dan lesu. Ia memiliki keluarga besar dan sangat miskin. Ia mempunyai tiga putra dan empat anak putri. Orangtuanya sudah tua dan mereka juga hidup bersama. Ia biasanya membuat patung dewa yang dijual di pasar, terkadang bisa terjual dalam beberapa hari. Ia tidak akan membuat patung yang baru lagi sampai beberapa patung terjual.

Ayah Bali menasehati agar Bali lebih aktif sehingga ia dapat melakukan pekerjaan lebih dan memperoleh uang. Namun Bali tidak mempedulikan nasihat ayahnya. Istrinya menyarankan kepadanya untuk membuat kerajinan dengan berbagai macam patung dewa sehingga nampak lebih bervariasi serta ia akan mendapatkan banyak hasil penjualan. Namun Bali sangat malas karena memang ia tidak suka bekerja. Ayahnya sendiri ingin membuat jenis patung yang berbeda, karena Bali sangat malas jadi ia mengurungkan niatnya.

Pada suatu hari, Bali kembali dari pasar dan hanya dua patung yang masih terisisa di kotak. Patung itu adalah patung Dewa Ganesha dan Dewa Shiva. Bali mengeluarkan patung-patung itu untuk disimpan di tempat yang aman. Patung itu ditidurkannya sehingga kepala patung itu patah. Dewa Ganesha muncul di hadapannya dan berkata, "Engkau telah bersujud atas kehadiranku sehingga Aku datang. Aku tahu engkau miskin dan sangat membutuhkan. Aku ingin membantumu. Ini adalah tongkat sakti. Patung apapun yang tersentuh dengan tongkat ini, akan berubah menjadi emas. Tetapi, tongkat ini akan berada di tanganmu hanya tiga hari saja. Setelah tiga hari tongkat ini akan kembali dan buanglah tongkat ini."

Dewa Ganesha lenyap. Bali sangat bahagia. Ia menyentuh kedua patung itu dengan tongkat, seketika patung itu menjadi emas. Semalaman ia tidak bisa tidur. Pagi berikutnya, Bali pergi ke sebuah toko perhiasan dan menjual patungnya dengan harga yang lumayan mahal. Bali keheranan. Ia membeli banyak barang untuk keluarganya. Ia membawa pakaian untuk orangtua dan anaknya, sebuah sari untuk istrinya. Ia membeli makanan dan buah-buahan. Ketika ia kembali ke rumah, hatinya bergetar. Istrinya bertanya padanya, "Bagaimana engkau mendapatkan banyak barang ini? Apakah engkau mencurinya?"

Bali berkata, "Tidak, aku tidak mencuri. Dewa Ganesha telah memberikan aku sebuah tongkat sakti." Lalu Bali menceritakan kejadiannya malam itu. Istrinya memintanya untuk pergi ke sungai untuk membawa lebih banyak tanah liat untuk dibuatkan banyak patung. Namun Bali ingin menikmati rahmat dewa. Jadi ia menikmati makanan dan tertidur tanpa mempedulikan apapun. Keesokannya, istrinya kembali mengingatkan untuk pergi dan membawa tanah liat. Istrinya berkata kepada suaminya, "Tolong jangan membuang-buang waktu. Pergi dan bawalah lebih banyak tanah liat dan buat banyak patung sehingga engkau dapat merubahnya menjadi emas."

Bali berkata, "Kita masih punya waktu dua hari untuk membuat patung; jangan tergesa-gesa." Bali kembali melewati hari-harinya hanya duduk bermalasan. Keesokannya istrinya meminta membuat patung. Bali mengatakan ia akan mengerjakannya pada malam hari. Setelah beberapa kali permintaan yang dilakukan istrinya, ia pergi ke sungai untuk membawa tanah liat. Tiba-tiba turun hujan. Dengan kesulitan yang amat ia mengumpulkan beberapa tanah liat dan kembali. Karena hujan, semua tanah liat menjadi basah. Ia memasukkannya ke dalam kotak dan mulai mencair. Ia sendiri menjadi basah karena hujan. Ia mengganti pakaiannya. Istrinya melihat mata Bali menjadi merah dan Bali terkena demam.

Malam berganti dan hari ketiga pun tiba. Ini hari terakhir untuk merubah patung menjadi emas. Namun Bali sedang sakit dan tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya sampai siang. Istrinya memaksanya untuk membuat beberapa patung sambil duduk di tempat tidur. Pada malam hari, Bali mencoba membuat patung, namun ia tidak bisa, karena tanah liat masih basah. Lalu Dewa Ganesha muncul di hadapannya dan berkata, "Inilah waktunya engkau harus mengembalikan tongkat sakti-Ku."

Bali memohon kepada Dewa Ganesha untuk meninggalkan tongkat sakti itu sehari lagi. Ia memohon maaf atas ketidakmampuannya merubah patung menjadi emas pada hari terakhir baginya. Namun Dewa Ganesha menolaknya dan berkata, "Tuhan telah membantu bagi siapa saja yang membantu dirinya sendiri. Engkau sangat malas dan telah kehilangan kesempatan untuk menjadi orang kaya raya."


*) Dikutip dari buku "101 Cerita Nenek" diterjemahkan oleh Made Aripta Wibawa, Paramita, Surabaya, hal. 71-73.