Bekerja keras dicintai oleh semua orang*


Seekor Tikus hidup di dalam rumah seorang pedagang. Ia membuat lubang untuk tempat tinggalnya. Ketika semua anggota keluarga pedagang itu tertidur, Tikus itu makan di dapur. Ia menjadi gemuk disebabkan banyak makan. Ketika, anak-anak pedagang itu bermain di kamarnya, Tikus juga bermain berkeliling-keliling.

Pedagang itu memiliki seekor Kuda. Biasanya Kuda itu digunakan untuk mengangkut barang-barangnya yang ditaruhnya di punggungnya untuk dibawa ke toko. Ia memberikan rumput hijau dan menyayanginya. Pedagang itu memiliki sebuah kandang yang dibangun di rumahnya. Kuda itu tinggal di sana.

Pada suatu hari Tikus itu berlari berkeliling-keliling. Ia memasuki kandang kuda. Kuda saat itu sedang mengangkut barang-barang. Tikus bermain di sana seharian. Tikus itu biasanya setiap hari melihat Kuda yang membawa barang-barang yang berat dan menyayangi atas ketidakberuntungannya. Pada suatu malam ketika Kuda itu kembali, benar-benar merasa sangat kelelahan. Pembantu pedagang itu melayani dengan memberikan makanan.

Sementara Kuda sedang makan, Tikus itu mendekatinya dan berkata, "Engkau binatang yang sangat besar dan harus bekerja dengan pedagang ini. Tidakkah engkau malu bekerja seperti budak? Lihatlah aku! Aku tidak sebagai budak. Aku berkelana kemana saja aku suka. Namun aku tidak bekerja untuk siapapun juga."

Kuda itu berkata, "Ini tidak benar. Aku bukan budak. Aku bekerja untuk majikanku sebab ia mencintaiku. Ia mengasihiku. Apakah ada orang yang menyayangimu? Engkau tidak diberikan makanan. Engkau mencuri makanan dari dapur dimana aku dilayani dengan baik di kandangku. Aku mencintai majikanku."

Tikus itu tertawa. Ia tidak setuju dengan pendapat Kuda. Ia berkata, "Engkau hidup dalam mimpi. Sesungguhnya majikanmu tidak menyayangimu. Ia menyayangi pekerjaanmu."

Kuda itu mengatakan, "Apapun alasanmu. Namun itu benar bahwa majikanku menyayangiku dan aku mencintai majikanku. Ini juga benar bahwa tak seorangpun menyayangimu. Sebaliknya ketika engkau tertangkap, mereka akan membunuhmu."

Tikus itu berkata, "Engkau tidak pernah memahami apa arti kebebasan." Dengan berkata begitu Tikus itu pergi dari sana. Pada suatu hari Tikus tidak ada yang dapat dimakannya. Ia telah berkeliling untuk mencari makanan. Ia menemukan sebuah baju di kamar. Ia menggigit dan merobeknya karena lapar. Ia duduk di pojok kamar dengan penuh kepuasan. Pedagang itu mengambil pakaian di kamarnya. Ia sungguh merasa geram melihat lubang besar di bajunya. Ia memerintahkan pembantunya untuk memasang perangkap Tikus di rumahnya. Tikus tidak sadar adanya perangkap.

Pada malam hari ketika Tikus melihat ada sepotong manisan di dalam perangkap, ia masuk ke dalamnya. Ia tertangkap. Keesokan harinya, pembantunya melihat seekor Tikus terperangkap dalam perangkap Tikus. Sementara pembantunya sedang mengeluarkan Tikus yang kena perangkap, Kuda itu melihatnya. Ia berkata, "Teman, tidakkah engkau sadar perbendaan antara engkau dan aku sekarang? Bila aku merasa melakukan kewajibanku untuk majikanku, majikanku juga melakukan kewajibannya kepadaku. Ia memberiku makan dengan cinta kasih, dan engkau dibuang ke luar rumah hanya karena sepotong manisan. Aku sangat kasihan padamu."

Pembantu itu membawa perangkap Tikus ke jalan raya dan melepaskannya. Baru saja ia keluar dari perangkap, seekor Anjing melihatnya. Anjing itu memburu dan menangkap serta memakannya.


*) Dikutip dari buku "101 Cerita Nenek" diterjemahkan oleh Made Aripta Wibawa, Paramita, Surabaya, hal. 87-89.