Menyadari bahwa Tuhan yang memberikanmu*


Seorang laki-laki bernama Nonu hidup di sebuah kota. Ia adalah seorang pengemis. Ia biasa mengemis di lampu merah perempatan jalan. Terkadang setelah mengemis selama seharian ia mempunyai cukup uang untuk membeli makan untuk dirinya namun terkadang ia sedikit sekali mendapat uang dan ia tidak mendapatkan makanan. Sejak orangtuanya mengemis, Nonu tidak pernah memikirkan untuk melakukan apapun kecuali mengemis. Ia berpikir bahwa ia dilahirkan sebagai pengemis dan tidak ada lain kecuali mengemis.

Oleh karena itu, ia mengemis seharian dan pergi ke pasar terdekat pada malam harinya untuk membeli makanan. Suatu hari Nonu tidak mendapatkan apapun; berupa makanan atau uang. Ia merasa sangat kecewa dan mulai mengutuk Tuhan. Ia mengira bahwa Tuhan sangat pilih kasih. Tuhan hanya memberikan pada orang kaya dan membiarkan orang miskin untuk mengemis di hadapan-Nya. Sementara Nonu sedang mengutuk Tuhan, orang kaya raya lewat.

Orang kaya itu berkata, "Anak muda, mengapa engkau mengutuk Tuhan? Apa masalahmu?"

Nonu berkata, "Tuan, aku seorang pengemis. Aku mengemis seharian dan mengatur makananku kapan aku dapatkan. Namun hari ini aku sama sekali tidak mendapatkan uang sepeserpun. Aku sangat lapar."

Orang kaya itu menimpalinya, "Aku akan memberimu makanan bila engkau lapar, tetapi jangan sekali-kali engkau mengutuk Tuhan. Tuhan sangat baik kepada setiap orang." "Namun Tuhan tidak baik kepadaku. Mengapa Tuhan membuat aku menjadi seorang pengemis?" kata Nonu tanpa merasa bersalah.

Orang kaya itu membawa Nonu pulang ke rumahnya, memberikannya makan dan berkata, "Nonu! Dapatkah engkau memberikanku kakimu? Aku akan membayarmu lima ribu rupee." Nonu mengatakan, "Tidak, tidak sama sekali. Bagaimana mungkin? Aku tidak dapat memberi tuan kakiku."

Orang kaya itu kembali berkata, "Nonu, bila engkau tidak memberikanku kakimu, lalu berikan salah satu tanganmu. Engkau mempunyai dua tangan. Berikan aku salah satu tanganmu dan aku akan memberikan sepuluh ribu rupee. Engkau akan banyak punya uang. "Tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin bagiku untuk memberikan tanganku kepadamu," jawab Nonu dengan cepat.

Orang kaya itu menenangkannya, "Baiklah kalau begitu, engkau berikan aku salah satu matamu, aku akan memberikanmu satu tas penuh emas. Lalu engkau akan menjadi kaya raya, jadi cukup untuk hidupmu selamanya. Nonu berkata dengan nada marah, "Bagaimana aku dapat menikmati hidupku dengan satu mata? Tentu saja aku cacat. Tidak, aku tidak akan memberikan mata ini kepada siapapun.

Orang kaya itu berkata, "Lalu mengapa engkau menyalahkan bahwa Tuhan tidak memberikan apapun kepadamu? Aku mempersembahkan setiap anggota tubuhku, dan kedua bagian itu, sehingga aku dapat bekerja dengan keras. Dan tidakkah engkau merasa malu berapa banyak Tuhan telah memberikanmu?"

"Anak muda! Jangan menyalahkan Tuhan atas kegagalanmu. Buatlah engkau menjadi orang berguna dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepadamu dan engkau akan menjadi kaya raya." Orang kaya itu berlalu dan meninggalkan Nonu agar menyelami kata-katanya.

Nonu bersumpah untuk berhenti mengemis dan melakukan pekerjaan. Setelah beberapa tahun Nonu bekerja keras menjadi seorang buruh. Nonu akhirnya menjadi seorang yang kaya raya.


*) Dikutip dari buku "101 Cerita Nenek" diterjemahkan oleh Made Aripta Wibawa, Paramita, Surabaya, hal. 13-15.